Diagnosis ADHD Pada Anak – Attention Deficit Hyperactivity Disorder merupakan salah satu penyakit mental yang biasanya diderita oleh anak-anak. Meskipun gejala utama para penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah sulit memfokuskan pada satu hal dan memiliki sikap hiperaktif serta impulsif namun tidak semua anak yang memiliki gejala tersebut menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Karena beberapa anak yang sehat juga sering memiliki sifat yang aktif dan seringkali membuat orang tuanya kewalahan dengan sikap tersebut. Hal tersebut juga berlaku pada remaja. Mereka para remaja yang seringkali tidak memperhatikan instruksi atau pembicaraan orang lain serta berperilaku impulsif dan perhatian yang mudah teralihkan oleh yang lainnya tidak selalu menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Adhd-tm – ADHD sendiri seringkali tidak terdiagnosis dengan benar karena orang tua menganggap perilaku anak-anaknya masih normal. Gejala-gejala tersebut dianggap oleh orang tua terbilang normal sama seperti anak-anak yang lainnya. Dengan begitu orangtua biasanya tidak memeriksakan anak-anaknya ke dokter. Untuk itu perlu pengetahuan untuk orang tua mengenai gejala yang akan timbul bagi para penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang tentunya berbeda dengan perilaku normal anak-anak pada umumnya.
Mendiagnosis penderita ADHD juga bisa dibilang cukup sulit untuk dilakukan. Untuk itu perlunya kerjasama dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mendiagnosis penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Diagnosis ini juga dilakukan dengan berbagai macam pemeriksaan fisik serta pemeriksaan psikologis. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh dokter anak dan juga para psikiater. Dukungan dari pihak lain seperti contohnya pihak sekolah dimana anak tersebut belajar juga sangat penting.
Pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada seorang anak biasanya dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dokter anak akan melakukan wawancara kepada anak dan orang lain seperti contohnya orang tua, guru atau pengasuh jika ada. Pemeriksaan diagnosis dan wawancara ini sangat penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk :
1. Mendiagnosis apakah anak yang diwawancarai tersebut benar menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau tidak.
2. Selain itu bertujuan juga untuk mengetahui tingkat keparahan yang telah diderita oleh anak tersebut jika memang benar menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
3. Melalui proses wawancara juga dokter dapat mendiagnosa apakah ada penyakit lain yang menyebabkan gejala penyakit yang dialami oleh anak tersebut.
4. Selain itu melalui proses wawancara dokter juga dapat mendiagnosis apakah ada penyakit mental lain yang diderita oleh anak. Biasanya Attention Deficit Hyperactivity Disorder dapat mempengaruhi mental anak seperti depresi.
Setelah melalui proses pemeriksaan wawancara biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang yang lainnya. Seperti contohnya yaitu melakukan tes fungsi tiroid, hitung darah lengkap, MRI otak, dan tes fungsi hati.
Seseorang yang sudah dinyatakan benar menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder ini biasanya dapat dilakukan penanganan melalui dua macam. Penanganan tersebut yaitu bisa berupa melalui obat-obatan dan juga penanganan melalui psikoterapi. Penanganan melalui obat-obatan biasanya diberikan resep obat dari dokter berupa obat jenis methylphenidate. Obat ini dapat berfungsi untuk menyeimbangkan senyawa kimia yang terdapat pada otak sehingga gejala yang timbul pada penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder dapat diminimalisirkan. Meskipun dalam pemberian obat ini pada anak-anak harus terus diawasi oleh dokter.
Baca juga : Attention Deficit Hyperactivity Disorder Beserta Kedua Jenis Gejalanya
Karena obat ini dapat memiliki efek samping yang menyebabkan gangguan pada jantung. Penanganan melalui psikoterapi ini sangat dibutuhkan oleh para penderita ADHD. Karena setelah melakukan diagnosis, dokter dapat mengetahui seberapa parah kondisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang diderita pasien. Selanjutnya penanganannya juga dapat disesuaikan dengan kondisi tersebut. Beberapa contoh penanganan melalui psikoterapi yaitu terapi perilaku kognitif, kemudian bisa juga melalui terapi psikoedukasi, dan bisa juga melalui pelatihan interaksi sosial.